Search

Tampilkan postingan dengan label Mikrotik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mikrotik. Tampilkan semua postingan

Memisahkan Bandwidth Local dan Internasional dengan Mikrotik

Selama mengelola Mikrotik Indonesia, banyak sekali muncul pertanyaan bagaimana cara melakukan pemisahan queue untuk trafik internet internasional dan trafik ke internet Indonesia (OpenIXP dan IIX). Di internet sebetulnya sudah ada beberapa website yang menampilkan cara pemisahan ini, tapi kami akan coba menampilkan kembali sesederhana mungkin supaya mudah diikuti.

Pada artikel ini, kami mengasumsikan bahwa:

  1. Router Mikrotik melakukan Masquerading / src-nat untuk client. Client menggunakan IP privat.
  2. Gateway yang digunakan hanya satu, baik untuk trafik internasional maupun IIX.
  3. Anda bisa menggunakan web-proxy internal ataupun tanpa web-proxy. Jika Anda menggunakan web-proxy, maka ada beberapa tambahan rule yang perlu dilakukan. Perhatikan bagian NAT dan MANGLE pada contoh di bawah ini.

Jika ada parameter di atas yang berbeda dengan kondisi Anda di lapangan, maka konfigurasi yang ada di artikel ini harus Anda modifikasi sesuai dengan konfigurasi network Anda.
network diagram

Pengaturan Dasar

Berikut ini adalah diagram network dan asumsi IP Address yang akan digunakan dalam contoh ini.

Untuk mempermudah pemberian contoh, kami mengupdate nama masing-masing interface sesuai dengan tugasnya masing-masing.

[admin@MikroTik] > /interface pr Flags: X - disabled, D - dynamic, R - running #    NAME            TYPE   RX-RATE  TX-RATE  MTU 0  R ether-public     ether  0        0        1500 1  R ether-local      ether  0        0        1500

Untuk klien, akan menggunakan blok IP 192.168.0.0/24, dan IP Address 192.168.0.1 difungsikan sebagai gateway dan dipasang pada router, interface ether-local. Klien dapat menggunakan IP Address 192.168.0-2 hingga 192.168.0.254 dengan subnet mask 255.255.255.0.

[admin@MikroTik] > /ip ad pr Flags: X - disabled, I - invalid, D - dynamic # ADDRESS         NETWORK     BROADCAST     INTERFACE 0 202.0.0.1/24    202.0.0.0   202.0.0.255   ether-public 1 192.168.0.1/24  192.168.0.0 192.168.0.255 ether-local

Jangan lupa melakukan konfigurasi DNS server pada router, dan mengaktifkan fitur “allow remote request”.

Karena klien menggunakan IP private, maka kita harus melakukan fungsi src-nat seperti contoh berikut.

[admin@MikroTik] > /ip fi nat pr Flags: X - disabled, I - invalid, D - dynamic 0   chain=srcnat out-interface=ether-public     action=masquerade

Jika Anda menggunakan web-proxy transparan, Anda perlu menambahkan rule nat redirect, seperti terlihat pada contoh di bawah ini (rule tambahan yang tercetak tebal).

[admin@MikroTik] > /ip fi nat pr Flags: X - disabled, I - invalid, D - dynamic 0  chain=srcnat out-interface=ether-public   action=masquerade 1  chain=dstnat in-interface=ether-local protocol=tcp   dst-port=80 action=redirect to-ports=8080 

Jangan lupa mengaktifkan fitur web-proxy, dan men-set port layanan web-proxynya, dan disesuaikan dengan port redirect pada contoh di atas.

CEK: Pastikan semua konfigurasi telah berfungsi baik. Lakukanlah ping (baik dari router maupun dari klien) ke luar network Anda secara bergantian.

Pengaturan IP Address List

Mulai Mikrotik RouterOS versi 2.9, dikenal dengan fitur yang disebut IP Address List. Fitur ini adalah pengelompokan IP Address tertentu dan setiap IP Address tersebut bisa kita namai. Kelompok ini bisa digunakan sebagai parameter dalam mangle, firewall filter, nat, ataupun queue.

Mikrotik Indonesia telah menyediakan daftar IP Address yang diadvertise di OpenIXP dan IIX, yang bisa didownload dengan bebas di URL: http://www.mikrotik.co.id/getfile.php?nf=nice.rsc

File nice.rsc ini dibuat secara otomatis di server Mikrotik Indonesia setiap pagi sekitar pk 05.30, dan merupakan data yang telah di optimasi untuk menghilangkan duplikat entry dan tumpang tindih subnet. Saat ini jumlah baris pada script tersebut berkisar 430 baris.

Contoh isi file nice.rsc :

# Script created by: Valens Riyadi @ www.mikrotik.co.id # Generated at 26 April 2007 05:30:02 WIB ... 431 lines  /ip firewall address-list add list=nice address="1.2.3.4" rem [find list=nice] add list=nice address="125.162.0.0/16" add list=nice address="125.163.0.0/16" add list=nice address="152.118.0.0/16" add list=nice address="125.160.0.0/16" add list=nice address="125.161.0.0/16" add list=nice address="125.164.0.0/16" . . dst...

Simpanlah file tersebut ke komputer Anda dengan nama nice.rsc, lalu lakukan FTP ke router Mikrotik, dan uploadlah file tersebut di router. Contoh di bawah ini adalah proses upload menggunakan MS-DOS prompt.

C:\>dir nice.* Volume in drive C has no label. Volume Serial Number is 5418-6EEF  Directory of C:\  04/26/2007  06:42p              17,523 nice.rsc               1 File(s)         17,523 bytes               0 Dir(s)  47,038,779,392 bytes free  C:\>ftp 192.168.0.1 Connected to 192.168.0.1. 220 R&D FTP server (MikroTik 2.9.39) ready User (192.168.0.1:(none)): admin 331 Password required for admin Password: ******** 230 User admin logged in ftp> ascii 200 Type set to A ftp> put nice.rsc 200 PORT command successful 150 Opening ASCII mode data connection for '/nice.rsc' 226 ASCII transfer complete ftp: 17523 bytes sent in 0.00Seconds 17523000.00Kbytes/sec. ftp> bye 221 Closing  C:\>

Setelah file diupload, import-lah file tersebut.

[admin@MikroTik] > import nice.rsc Opening script file nice.rsc Script file loaded and executed successfully

Pastikan bahwa proses import telah berlangsung dengan sukses, dengan mengecek Address-List pada Menu IP – Firewall
address list nice

Proses upload ini dapat juga dilakukan secara otomatis jika Anda memiliki pengetahuan scripting. Misalnya Anda membuat shell script pada Linux untuk melakukan download secara otomatis dan mengupload file secara otomatis setiap pk 06.00 pagi. Kemudian Anda tinggal membuat scheduler pada router untuk melakukan import file.

Pengaturan Mangle

Langkah selanjutnya adalah membuat mangle. Kita perlu membuat 1 buah connection mark dan 2 buah packet mark, masing-masing untuk trafik internasional dan lokal.

[admin@MikroTik] > /ip firewall mangle pr Flags: X - disabled, I - invalid, D - dynamic 0 chain=prerouting in-interface=ether-local  dst-address-list=nice  action=mark-connection new-connection-mark=conn-iix  passthrough=yes  1 chain=prerouting connection-mark=conn-iix  action=mark-packet new-packet-mark=packet-iix  passthrough=no  2 chain=prerouting action=mark-packet  new-packet-mark=packet-intl passthrough=no

Untuk rule #0, pastikanlah bahwa Anda memilih interface yang mengarah ke client. Untuk chain, kita menggunakan prerouting, dan untuk kedua packet-mark, kita menggunakan passthrough=no.

Jika Anda menggunakan web-proxy internal dan melakukan redirecting trafic, maka Anda membuat 2 buah rule tambahan seperti contoh di bawah ini (rule tambahan yang tercetak tebal).

[admin@MikroTik] > /ip firewall mangle pr Flags: X - disabled, I - invalid, D - dynamic 0 chain=prerouting in-interface=ether-local  dst-address-list=nice  action=mark-connection new-connection-mark=conn-iix  passthrough=yes  1 chain=prerouting connection-mark=conn-iix  action=mark-packet new-packet-mark=packet-iix  passthrough=no  2 chain=output connection-mark=conn-iix  action=mark-packet new-packet-mark=packet-iix  passthrough=no  3 chain=prerouting action=mark-packet  new-packet-mark=packet-intl passthrough=no  4 chain=output action=mark-packet  new-packet-mark=packet-intl passthrough=no

Pengaturan Simple Queue

Untuk setiap client, kita harus membuat 2 buah rule simple queue. Pada contoh berikut ini, kita akan melakukan limitasi untuk IP client 192.168.0.2/32, dan kita akan memberikan limitasi iix (up/down) sebesar 64k/256k, dan untuk internasional sebesar (up/down) 32k/128k.

[admin@MikroTik]> /queue simple pr Flags: X - disabled, I - invalid, D - dynamic  0 name="client02-iix" target-addresses=192.168.0.2/32  dst-address=0.0.0.0/0 interface=all parent=none  packet-marks=packet-iix direction=both priority=8  queue=default-small/default-small limit-at=0/0  max-limit=64000/256000 total-queue=default-small  1 name="client02-intl" target-addresses=192.168.0.2/32  dst-address=0.0.0.0/0 interface=all parent=none  packet-marks=packet-intl direction=both priority=8  queue=default-small/default-small limit-at=0/0  max-limit=32000/128000 total-queue=default-small

simple queue

Pengecekan Akhir

Setelah selesai, lakukanlah pengecekan dengan melakukan akses ke situs lokal maupun ke situs internasional, dan perhatikanlah counter baik pada firewall mangle maupun pada simple queue.

Anda juga dapat mengembangkan queue type menggunakan pcq sehingga trafik pada setiap client dapat tersebar secara merata.

sumber:mikrotik.co.id

Limit pendownload dengan filter con-byte

Memang software downloader membuat lebih cepat dalam proses unduhan apa lagi dalam 10 link secara bersamaan melakukan actions download... software downlaoder seperti IDM,orbit dll ternyata masih bisa lolos dr PCQ... makanya kita coba dulu dengan rule yang baru ini.

Bikin dulu IP list bypass untuk klien kita contoh :
IP Klien 192.168.xx.xx
IP modem
IP Proxy external yang di pakai
IP website/homepage kita
Dll…
dengan maksud supaya tidak ikut terlimit, saya tandai dengan address-list bypass



lalu filter di firewall untuk deteksi connection-bytes

disini saya akan melimit traffic +/-2Mb dan mem-bypass IP klien kita supaya tidak masuk ke add-addres-list

saya masukan ke addres list Patroli

setelah IP masuk ke list Patroli sekarang kita menandai dengan packet-mark di mangle

Src.Address list pilih Patroli

saya tandai new-packet dengan nama Razia

berlanjut pada queue-type untuk PCQ

saya namai con-filter-dn

dan con-filter-up

terakhir bikin simple-queue

sesuaikan packet-mark Razia dan queue-type con-filter-up / con-filter-dn

rule diatas akan melimit IP-ADDRESS yg telah di marking oleh mangle (1 IP = 1 packet-mark)
dan di PCQ classifier yg di tandai hanya dst.address dan src.address maka yang di proses untuk queue HANYA IP-ADDRES saja bukan per-Port connection seperti pada mangle con-bytes



Pertanyaannya mengapa memakai mangle con-bytes bisa lolos?
jawabannya : karena mangle con-bytes itu menandai traffic per connection (src-port) yang di buat oleh
software download manager (pararel connection) jadi yang di tandai itu per-connection bukan per IP. Apabila software download manager telah mebuat pararel connection 10 maka mangle menandai 10 packet connection setelah itu baru di kirim ke PCQ dan PCQ sekedar meng-classifier apa yang telah di kirimkan oleh mangle.
apabila PCQ rate di setting 128k maka 10 packet dari mangle tersebut di beri jatah bw 128k. kenapa koq bisa sampai lolos bw nya,karena system software download manager itu mengacak koneksi untuk mendownload satu file seumpama di set 10 pararel maka dia akan membuat 10 koneksi dalam satu aksi, maka dari itu mangle hanya mengirim ke PCQ kalau masing-masing 10 koneksi itu sudah mencapai batas limit yang telah di setting connection-bytes,setelah semua (10) koneksi itu mencapai batas limit maka traffic akan menjadi 128k sesuai PCQ rate .

nah biasanya software download manager itu mengacak koneksi (mengganti koneksi baru) supaya dia dapat port baru lagi,maka mangle otomatis bekerja dari awal lagi untuk mengirim ke PCQ setelah melampui batas connection-bytes , pasca pergantian itu otomatis traffic baru itu lolos dari queue makanya kesannya mangle con-bytes itu gk ngaruh/jebol oleh software download manager

Mendalami HTB pada QoS RouterOS Mikrotik

Implementasi QoS (Quality of Services) di Mikrotik banyak bergantung pada sistem HTB (Hierarchical Token Bucket). HTB memungkinkan kita membuat queue menjadi lebih terstruktur, dengan melakukan pengelompokan-pengelompokan bertingkat. Yang banyak tidak disadari adalah, jika kita tidak mengimplementasikan HTB pada Queue (baik Simple Queue maupun Queue Tree), ternyata ada beberapa parameter yang tidak bekerja seperti yang kita inginkan.Beberapa parameter yang tidak bekerja adalah priority, dan dual limitation (CIR / MIR).

Pada pembahasan artikel ini, kita akan mengambil contoh sebuah sistem QoS sederhana, di mana kita ingin mengalokasikan bandwidth sebesar 400kbps untuk 3 client, di mana masing-masing client bisa mendapatkan maksimal 200kbps. Di antara ketiga client tersebut, memiliki prioritas yang berbeda, yaitu: 1,2, dan 3.

Untuk mempermudah pemantauan dan pembuktian, kita akan menggunakan queue tree.

Cara paling mudah untuk melakukan queue dengan queue tree, adalah dengan menentukan parameter :

  • parent (yang harus diisi dengan outgoing-interface),
  • packet-mark (harus dibuat terlebih dahulu di ip-firewall-mangle),
  • max-limit (yang merupakan batas kecepatan maksimum), atau dikenal juga dengan MIR (Maximum Information Rate)
Untuk percobaan awal, semua priority diisi angka yang sama: 8, dan parameter limit-at tidak kita isi. Gambar berikut ini adalah ilustrasi apa yang akan terjadi dengan konfigurasi di atas.

Karena alokasi bandwidth yang tersedia hanya 400kbps, sedangkan total akumulasi ketiga client melebihinya (600 kbps), maka ketiga client akan saling berebut, dan tidak bisa diprediksikan siapa yang akan menang (menggunakan bandwidth secara penuh) dan siapa yang akan kalah (tidak mendapatkan bandwidth yang sesuai).

Misalkan q1 adalah client dengan prioritas tertinggi, dan q3 adalah client dengan prioritas terbawah. Kita akan mencoba memasukkan nilai prioritas untuk masing-masing client sesuai dengan prioritasnya.

Tampak pada gambar di atas, meskipun sekarang q1 sudah memiliki prioritas tertinggi, namun ketiga client masih berebutan bandwidth dan tidak terkontrol.

Gambar berikut akan mencoba mengimplementasikan nilai limit-at. Seharusnya, limit-at adalah CIR (Committed Information Rate), merupakan parameter di mana suatu client akan mendapatkan bandwidthnya, apapun kondisi lainnya, selama bandwidthnya memang tersedia.

Ternyata q1 masih tidak mendapatkan bandwidth sesuai dengan limit-at (CIR) nya. Padahal, karena bandwidth yang tersedia adalah 400kbps, seharusnya mencukupi untuk mensuplai masing-masing client sesuai dengan limit-at nya.

Berikutnya, kita akan menggunakan parent queue, dan menempatkan ketiga queue client tadi sebagai child queue dari parent queue yang akan kita buat. Pada parent queue, kita cukup memasukkan outgoing-interface pada parameter parent, dan untuk ketiga child, kita mengubah parameter parent menjadi nama parent queue. Pertama-tama, kita belum akan memasukkan nilai max-limit pada parent-queue, dan menghapus semua parameter limit-at pada semua client.

Tampak pada contoh di atas, karena kita tidak memasukkan nilai max-limit pada parent, maka priority pada child pun belum bisa terjaga.

Setelah kita memasang parameter max-limit pada parent queue, barulah prioritas pada client akan berjalan.

Tampak pada contoh di atas, q1 dan q2 mendapatkan bandwidth hampir sebesar max-limitnya, sedangkan q3 hampir tidak kebagian bandwidth. Prioritas telah berjalan dengan baik. Namun, pada kondisi sebenarnya, tentu kita tidak ingin ada client yang sama sekali tidak mendapatkan bandwidth.

Untuk itu, kita perlu memasang nilai limit-at pada masing-masing client. Nilai limit-at ini adalah kecepatan minimal yang akan di dapatkan oleh client, dan tidak akan terganggu oleh client lainnya, seberapa besarpun client lainnya 'menyedot' bandwidth, ataupun berapapun prioritasnya. Kita memasang nilai 75kbps sebagai limit-at di semua client.

Tampak bahwa q3, yang memiliki prioritas paling bawah, mendapatkan bandwidth sebesar limit-at nya. q1 yang memiliki prioritas tertinggi, bisa mendapatkan bandwidth sebesar max-limitnya, sedangkan q2 yang prioritasnya di antara q1 dan q3, bisa mendapatkan bandwidth di atas limit-at, tapi tidak mencapai max-limit. Pada contoh di atas, semua client akan terjamin mendapatkan bandwidth sebesar limit-at, dan jika ada sisa, akan dibagikan hingga jumlah totalnya mencapai max-limit parent, sesuai dengan prioritas masing-masing client.

Jumlah akumulatif dari limit-at tidaklah boleh melebihi max-limit parent. Jika hal itu terjadi, seperti contoh di bawah ini, jumlah limit-at ketiga client adalah 600kbps, sedangkan nilai max-limit parent hanyalah 400kbps, maka max-limit parent akan bocor. Contoh di bawah ini mengasumsikan bahwa kapasitas keseluruhan memang bisa mencapai nilai total limit-at. Namun, apabila bandwidth yang tersedia tidak mencapai total limit-at, maka client akan kembali berebutan dan sistem prioritas menjadi tidak bekerja.

Sedangkan, mengenai max-limit, max-limit sebuah client tidak boleh melebihi max-limit parent. Jika hal ini terjadi, maka client tidak akan pernah mencapai max-limit, dan hanya akan mendapatkan kecepatan maksimum sebesar max-limit parent (lebih kecil dari max-limit client).


Jika semua client memiliki prioritas yang sama, maka client akan berbagi bandwidth sisa. Tampak pada contoh di bawah ini, semua client mendapatkan bandwidth yang sama, sekitar 130kbps (total 400kbps dibagi 3).

Yang perlu diingat mengenai HTB:

  1. HTB hanya bisa berjalan, apabila rule queue client berada di bawah setidaknya 1 level parent, setiap queue client memiliki parameter limit-at dan max-limit, dan parent queue harus memiliki besaran max-limit.
  2. Jumlah seluruh limit-at client tidak boleh melebihi max-limit parent.
  3. Max-limit setiap client harus lebih kecil atau sama dengan max-limit parent.
  4. Untuk parent dengan level tertinggi, hanya membutuhkan max-limit (tidak membutuhkan parameter limit-at).
  5. Untuk semua parent, maupun sub parent, parameter priority tidak diperhitungkan. Priority hanya diperhitungkan pada child queue.
  6. Perhitungan priority baru akan dilakukan setelah semua limit-at (baik pada child queue maupun sub parent) telah terpenuhi.
Panduan praktis cara perhitungan limit-at dan max-limit

Di asumsikan bandwidth yang tersedia sebesar 1000kbps. Dan jumlah seluruh client adalah 70. Yang perlu diketahui adalah :
  1. Berapa jumlah maksimal client yang menggunakan internet pada saat yang bersamaan. Jumlah ini belum tentu sama dengan jumlah komputer yang ada, apabila semua client tidak pernah terkoneksi secara bersamaan. Sebagai contoh, untuk kasus ini kita asumsikan adalah 50.
  2. Berapa jumlah minimal client yang menggunakan internet pada saat yang bersamaan. Sebagai contoh, untuk kasus ini kita asumsikan adalah 10
Maka, untuk setiap client (1 client dibuatkan 1 rule queue), limit-at nya adalah 1000 / 50 = 20kbps, dan max-limit nya adalah 1000 / 10 = 100 kbps.

Jangan lupa untuk menambahkan parent dengan max-limit sebesar 1000kbps (tidak perlu limit-at), dan memasukkan semua queue client di bawah parent queue. Jika untuk terminal tertentu membutuhkan priority lebih besar, maka kita bisa menggunakan priority yang berbeda-beda, tergantung dengan urutan prioritasnya.

Source : http://www.mikrotik.co.id/artikel_lihat.php?id=29

MIKROTIK Router 2


Setelah selesai setting router 1 pada mikrotik, tidak ada salahnya mencoba setting pada router 2, juga menggunakan mikrotik. Sebagian besar, prinsip dan cara kerjanya sama, yakni untuk menghubungkan antara 2 buah network. Tetapi untuk router 2 ini, terdapat sedikit perbedaan. Bedanya, akan ada tambahan bridging. Ingin tahu selengkapnya mengenai setting router + bridging, langsung saja.
Yang pasti persiapkan terlebih dahulu secara hardware (disinilah umumnya permasalahan akan muncul)
  1. Perhatikan, untuk sebuah router, minimal harus terpasang 2 buah NIC (LAN Card). Karena kali ini akan melibatkan VoIP maka digunakan 3 buah NIC.
  2. Install terlebih dahulu Mikrotik-nya. Proses instalasinya begitu mudah, dan cukup singkat, 5-10 menit.
  3. Hubungkan salah satu NIC Router Mikrotik dengan client (laptop/PC)
  4. Remote router melalui client dengan Winbox yang telah di download, remote dengan mengenal MAC Address dari NIC Router
Selanjutnya, konfigurasi Routernya secara software dari client
  1. Ganti identitas Mikrotik pada title bar (agar lebih enak dan dikit profesional), system => identity => Router 2
    a. identitiy of 2nd router
  2. Cek, apakah semua NIC telah terdeteksi dengan chek pada menu interface
    b. make sure that we have 3 NIC
  3. Setting IP Address ether1, IP => Address => + (add) => Address : 10.10.10.5/8 => Interface : ether1 => Apply, OK
  4. Setting IP Address ether2, IP => Address => + (add) => Address : 172.16.254.1/16 => Interface : ether2 => Apply, OK
    c. give IP Address
  5. Ether 3 tidak perlu disetting IP Address karena hanya digunakan untuk bridging dengan ether 1
  6. Setting Gateway, IP => Routes => + (add) => Gateway : 10.10.10.1 => Apply, OK
    d. gateway setting
  7. Setting Routing
    ip => firewall => nat
    => + (add) src address : 172.16.254.2 => action : masquerade => comment: untuk routing ke hotspot
    => + (add) src address : 172.16.254.3 => action : masquerade => comment: untuk admin 2
    e. nat-masquerade setting
  8. Setting DNS, IP => DNS => Setting => 10.10.10.2 => centang allow remote requests
    f. dns setting
  9. Setting Bridging, Bridge => + (add) => Name : bridge1 (bebas)
    g. bridge 1
  10. Bergeser ke tab sebelahnya, ports => + (add) => interface : ether1 => bridge : bridge1 dan lakukan lagi untuk ether3 => + (add) => interface : ether3 => bridge = bridge1 (sama dengan awal)
    h. bridge 2
  11. Setting queues list (bandwith management), queues => name : hostspot => atur bandwith pada target upload dan target download => apply, OK. Buat pula untuk admin, queques = admin2 => atur bandwith => apply, OK
    i. queues
  12. Setting Grafik penggunaan bandwith, tools => graphing => queue rules => atur sesuai gambar
    k. graphing
  13. Atur password untuk Router 2
    m. change the password
Ketika client mengecek address http://172.16.254.1/graphs/ maka akan muncul sebagai berikut
n. check graphing from guest
Tetapi bila setting IP Address menjadi 172.16.254.3, dan mengakses http://172.16.254.1/graphs/ akan tampil sebagai berikut
o. chek  graphing from admin 2
Chek / buka pada link hotspot

p. grafik penggunaan bandwith

MIKROTIK Router 1


Pada dasarnya pengerjaan router baik menggunakan distro OpenSuse, Debian, Ubuntu, dan distro UNIX lainnya adalah menggunakan prinsip yang sama. Intinya adalah untuk menghubungkan antara 2 buah network yang berbeda. Saat ini, saya menggunan Mikrotik sebagai Sistem Operasinya, cara settingannya sebagai berikut:
  1. Perhatikan, untuk sebuah router, minimal harus terpasang 2 buah NIC (LAN Card)
  2. Install terlebih dahulu Mikrotik-nya. Proses instalasinya begitu mudah, dan cukup singkat, 5-10 menit.
  3. Hubungkan salah satu NIC Router Mikrotik dengan client (laptop/PC)
  4. Remote router melalui client dengan Winbox yang telah di download, remote dengan mengenal MAC Address dari NIC Router
Selanjutnya konfigurasi Routernya :
  1. Pertama kali, ganti nama Mikrotik pada Title Bar : System => identity => Router 1 (misal)
    a. identity of router
  2. Setting IP Address, IP => Address => + (add) => Address : 10.210.254.7/27 => Interface : ether1 => Apply, OK
  3. Setting IP Address ether2, IP => Address => + (Add) => 10.10.10.1/8 => Interface : ether2 => Apply, OK
    b. give IP Address
  4. Setting Gateway, IP => Routes => + (add) => Gateway : 10.210.254.1
    c. gateway
  5. Setting DNS, IP => DNS => Setting => 10.210.254.2 => centang allow remote requests
    d. setting dns
  6. Setting Routing
    ip => firewall => nat
    => + (add) src address : 10.10.10.2 => action : masquerade => comment: untuk routing ke DNS
    => + (add) src address : 10.10.10.3 => action : masquerade => comment: untuk routing ke web dan ftp
    => + (add) src address : 10.10.10.4 => action : masquerade => comment: untuk routing ke mail
    => + (add) src address : 10.10.10.5 => action : masquerade => comment: untuk Router 2
    => + (add) src address : 10.10.10.10 => action : masquerade => comment : admin (unlimited)
    e. nat-masquerade
  7. Setting Password Login Mikrotik,
    f. password
Blogger Template